Sejarah cetak mencetak . . .

Apa PIPMI
Berita Terbaru

Indeks Anggota
Formulir Registrasi 
Link Khusus

Artikel

resensi

tips



untuk sementara situs ini dikelola oleh Litbang Majalah Balairung

 

© Majalah BALAIRUNG 2000
webmaster

[11/18/00]

 

Kedaulatan Rakyat, 27 Agustus 1987
Prof. Koesnadi Hardjasoemantri
Pemimpin Mahasiswa 
Jangan Hanya Pandai Bikin Konsep

YOGYA (KR) Pemimpin mahasiswa tidak cukup hanya pandai bikin konsep, tetapi dia harus memiliki kemampuan teknis untuk mewujudkan konsep tersebut. Dengan kata lain, matang dalam konsep dan teknis.

Demikian seruan Rektor, UGM Prof Koesnadi Hardjasoemantri SH di hadapan sekitar 200 mahasiswa dari berbagai perguruan di Indonesia yang mengikuti Pendidikan Pers Mahasiswa yang diselenggrakan Majalah Balairung UGM mulai Kamis kemarin. Pendidikan pers tingkat nasional ini akan berlangsung hingga Sabtu besok, di Gedung Pertemuan (UC) Bulaksumur.

Lebih jauh rektor mengemukakan, selalu ada dua hal yang me­nonjol pada mahasiswa", yaitu kemauan dan kemampuan, Ironisnya, kedua hal tersebut seringkali tidak berjalan berbarengan. Ke­muan menggebu-gebu, semen­tara kemampuan nol. "Nah, pen­didikan pers semacam ini, amat penting untuk menumbuhkan ke­mampuan para mahasiswa. Sebab idealisme apapun, tanpa disertai kemampuan untuk mengemukakannya, sia-sia belaka alias non­sens",tandasnya.

Seorang pemimpin mahasiswa, kata rektor, haruslah punya konseptual kuat dan kemampuan teknis. Kalau hanya salah satu dari kedua unsur itu itu yang menonjol, maka dia tidak layak disebut pemimpin mahasiswa. Untuk itu rektor menyatakan bangga, atas terselenggaranya pendidikan pers mahasiswa di UGM, yang melibatkan wakil-wakil  mahasiswa dari luar Yogyakarta, "Meskipun dari segi kuantitas agak over, lebih dari 200 peserta, saya berharap tidak mengurangi kualitas hasil pendidikan, tentu saja dengan kreativitas panitia", pesan Prof. Koesnadi.


Tugas

Selanjutnya rektor yang eks pendiri Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia (IPMI) ini menguraikan 3 tugas utama pers mahass­wa. Pertama, pers mahasiswa harus kritis, memiliki ketajaman analisis. Kedua, harus obyektif, tidak memihak kepada kepenting­an golongan tertentu, tidak berat sebelah dalam mengemukakan suatu masalah. Ketiga, pers mahasiswa harus bersifat konstruktif.

Sikap kritis menurut Rektor UGM ini, merupakan esensi dari pendidikan di perguruan tinggi. Dengan modal pengetahuan, para mahasiswa diharapkan menjadi insan yang memiliki ketajaman analisis. Tanpa sikap ini , kata Rektor, maka pendidikan di PT boleh dikatakan kurang berhasil.

Masalah lain bagi pers mahasiswa, lanjut Rektor, adalah regenerasi. Berdasarkan pengalaman sejak aktif di IPMI, Prof Koesnadi berkesimpulan, hambatan terbesar bagi kelangsungan pers mahasiswa adalah soal regenerasi. Pengalaman tersebut berlanjut hingga sekarang. Oleh sebab itu ia menandaskan, sebuah pers mahasiswa gagal jika setelah para perintisnya pergi, majalah itu gulung tikar. Keberhasilan pers mahasiswa menurut Prof Koesnadi, justru terlihat dalam estafeta penerbitan dalam jangka waktu lama.

Pada kesempatan itu Rektor UGM menegaskan, tidak ada, gunanya berlagak sok jagoan sementara majalah menjadi korban. Selanjutnya rektor berpesan, agar pengelola pers mahasiswa berhati-hati. "Jangan hanya lantaran ulah seoran yang sok jagoan, media yang dibutuhkan oleh banyak mahasiswa ini dilarang beredar", tukasnya

Pada bagian lain Prof. Koesnadi mengatakan, akhir-akhir ini timbul harapan mengenai perkembangan pers mahasiswa.  Prospek cerah tersebut menurutnya, dida­sarkan pada tanggapan positif dari Depdikbud serta tumbuhnya kegairahan di kalamgan mahasiswa yang aktif dalam pers mahasiswa.

Namun gejala tersebut menurut Rektor UGM, masih bersifat lokal. Parkembangan pers mahasiswa  saat ini masih bersifat lokal di berbagai Universitas, negeri maupun swasta. Sementara per­kembangan pada tingkat nasional, dengan mengefektifkan lagi peranan IPMI, tampaknya masih perlu dijajagi. (Asef)-f