Apa PIPMI
Berita Terbaru
Indeks Anggota
Formulir Registrasi
Link Khusus
Artikel
resensi
tips
untuk sementara situs ini dikelola oleh
Litbang Majalah Balairung
© Majalah BALAIRUNG
2000
webmaster
[11/18/00]
|
Denpasar—Kompas,
Jumat, 2 Oktober 1998
Dirjen
PPG:
Pers Kampus tak Dilarang Memuat Berita Politik
Dirjen PPG (Pembinaan Pers dan Grafika) Drs Subrata menegaskan,
tidak perlu buru-buru menilai negatif pada pers kampus yang memuat
berita-berita politik. Bahkan kita harus mengembangkan
positif thinking, harus
memiliki pola sikap yang positif. Karena pada dasarnya kegiatan jurnalistik
meliputi seluruh aspek kehidupan yang menyangkut ideologi, politik, ekonomi,
sosial budaya, dan pertahanan keamanan.
"Saya kira kita tidak perlu terlalu apriori terhadap seluruh
penerbitan kampus yang memuat dan mengupas soal politik," kata
Subrata kepada wartawan, seusai membuka Pelatihan Jurnalistik Tingkat
Dasar yang diadakan Bulletin Kertha
Aksara, Fakultas Hukum Universitas Udayana, Rabu (26/7) di Denpasar yang akan
berlangsung hingga 29 Juli 1995.
Seorang jurnalis, menurut Dirjen, adalah seorang spesialis yang sekaligus
seorang generalis, mengingat wawasannya mencakup seluruh gatra kehidupan tadi.
Karena itu, untuk pembinaan agar tak terjadi penyimpangan, selain tetap
berpatokan pada ideologi negara, secara kelembagaan juga harus mengikuti aturan
hukum yang berlaku. Dalam Undang-undang Pokok Pers Nomor 21 tahun 1982 sudah
diatur bahwa penerbitan pers harus memiliki SIUPP (surat izin usaha penerbitan
pers), yang kini jumlahnya mencapai 287 buah. Di luar itu, untuk non-pers ada
STT (surat tanda terdaftar), jumlahnya sudah mencapai 2.417 penerbitan.
Tantangan
Jurnalistik
Menurut Dirjen, dunia jurnalistik Indonesia saat ini menghadapi dua
tantangan: eksternal dan internal. Masuknya era globalisasi yang tak bisa
dilepaskan dari derasnya teknologi informasi berlangsung sangat cepat. Arus
globalisasi yang demikian deras itu, telah menyebabkan masing-masing negara
berlomba meningkatkan kecepatan yang optimal, agar bisa mengadakan hubungan
tingkat regional dan internasional.
"Arus percepatan ini juga telah menyebabkan terjadinya proses
transformasi sosial budaya. Maka masalah-masalah seperti bagaimana
mempertahankan identitas kultural, harus kita hadapi sebagai faktor
eksternal," kata Subrata.
Masalah di dalam negeri sendiri (internal), letak geografis Indonesia
dengan 17.508 pulau terkadang justru memperlamban penyampaian informasi, karena
teknologi yang ada belum terserap. "Padahal untuk perang di Bosnia, atau
kejadian di Jepang, bisa kita nikmati pada saat kejadian itu berlangsung,"
ujar Subrata.
Mengatasi tantangan inilah, pemerintah telah membuat satu program
pemerataan informasi lewat media elektronik maupun media interpersonal.
"Mau tak mau terus-menerus sumber daya manusianya harus ditingkatkan,"
katanya.
Syukur, katanya, dari 6.287 wartawan yang terdaftar sebagai anggota PWI
(Persatuan Wartawan Indonesia), 64,04 persen di antaranya sudah mengecap
pendidikan tinggi dari berbagai disiplin ilmu. "Perlu dipegang, seorang
wartawan tidak saja berpegang pada normatif dan dogmatif, tapi juga harus
empirik," pesan Subrata. (ff)
|