| 
Apa PIPMI
 
Berita Terbaru
 Indeks AnggotaFormulir Registrasi
 Link Khusus
 
Artikel
 
resensi
 
tips
 
   
 
untuk sementara situs ini dikelola oleh
Litbang Majalah Balairung
       © Majalah BALAIRUNG
2000webmaster
 [12/17/00] | 
  
    
      | Selamat
        Datang di situs Pusat Informasi Pers Mahasiswa Indonesia
 situs berita, komunikasi antarlembaga
pers mahasiswa dan pegiat pers mahasiswa, serta direktori penerbitan mahasiswa
se-Indonesia beserta link ke media-media tersebut
 |  Gimana
        sih biar aku bisa menulis?
 |  
  
    |             Warta Kota, Kamis, 17 Februari 2000, 15:47 WIBPers Gagal
      Meredefinisikan Fungsinya
 Sebagian pers di Indonesia saat ini gagal meredifinisikan fungsinya            di tengah-tengah perubahan drastis. Telah terjadi semacam kekagetan            yng menyebabkan disorientasi dalam menghadapi berbagai masalah yang            mencuat ke permukaan.
 |  
  
    | 
Kompas, Rabu, 1 November 2000Media Massa
      Tak Mampu Menggali Realitas Dinamis di Masyarakat
 Jakarta, Kompas, Kecenderungan merosotnya tiras media cetak umum akhir-akhir ini akibat pers makin kehilangan kemampuannya untuk menggali realitas dinamis dalam masyarakat. Selain itu, media cetak juga terlalu banyak menyajikan realitas elite yang justru semakin membingungkan pembaca. Ketidakmampuan menampilkan informasi yang diperlukan khalayak untuk menyusun agenda pembacanya itu menyebabkan mereka berangsur-angsur ditinggalkan.
 |  
  
    | Bernas, 21 Mei 2000Koran
Kampus, Bacaan Alternatif Mahasiswa
 DUA buah koran kampus—bukan majalah atau tabloid—terbit. Tidak dijual,
tapi ditempel di dinding dan disediakan gratis di tempat-tempat tertentu. Pers
kampus mulai pindah jalur?
 |  
  
    | FPMI
      Muncul di Kongres PPMI MataramKongres V Perhimpunan Pers Mahasiswa  Indonesia (PPMI) di Universitas Mataram, Lombok, 24—29 Mei 2000. Dihadiri sekitar  150 utusan dari lembaga-lembaga pers mahasiswa se-Indonesia—minus Riau, Jambi, Bengkulu, dan Kalimantan—acara kongres dapat dibilang berjalan sangat garing 
dan ompong! Para aktivisnya, yang disebut-sebut berkapabilitas intelektual yang  kental, ternyata tak menunjukkan kebenaran persepsi itu. Sungguh memprihatinkan:  logika yang tak runtut, disiplin berkongres yang rendah, dan forum yang acak-acakan adalah hal lumrah sepanjang acara. Akhirnya,
dari arena kongres muncul Forum Pers Mahasiswa Indonesia!
 (tulisan ini diambil dari Majalah BALAIRUNG, edisi No. 32/Tahun XIV/2000)
 |  
  
    | Kompas, Rabu, 30 Juni
1999Media
Alternatif Lebih Konsisten
 Dibandingkan media massa umum, ternyata media alternatif yang berbasis di
kampus-kampus jauh lebih konsisten dan tetap setia memperjuangkan idealisme pers
pada umumnya. Baik semasa rezim pemerintahan Orde Baru maupun sekarang, media
alternatif ini masih tetap setia dengan sikap kritisnya terhadap pemerintah.
Tanpa henti mereka memperjuangkan keadilan dan kebenaran, serta senantiasa peka
terhadap kebutuhan masyarakat.
 Melihat kinerja para awak media alternatif ini, Senin (28/6), Institut Studi
Arus Informasi (ISAI) merasa terpanggil untuk memberikan Penghargaan ISAI Award
kepada sejumlah media alternatif yang dianggap masih tetap konsisten dengan
idealismenya. Penghargaan itu masing-masing diberikan kepada majalah Balairung
terbitan Badan Penerbit Pers Mahasiswa UGM Yogyakarta sebagai juara I, majalah Himmah
sebagai juara II, dan tabloid Bulaksumur ditetapkan menjadi juara III.
Untuk para pemenang masing-masing mendapat hadiah berupa uang Rp 3 juta (I), Rp
2,5 juta (II), dan Rp 2 juta (III).
 |  
  
    | Kompas, Senin, 14 Juli 1999Demokrasi
Indonesia di Mata Pers Dunia
 DENGAN pakaian seadanya,
celana jins dan kaus warna hijau, tiba-tiba seorang wartawan Inggris mencegat
mantan Presiden Jimmy Carter yang baru saja mengadakan jumpa pers. la lalu
bertanya tentang isi keterangan persnya tentang jalannya pemilu di Indonesia
yang disebutnya sukses.
 |  
  
    | 
 | Pers
Mahasiswa Cari Format BaruKompas,
Minggu, 18 Oktober 1998
 Menghadapi iklim keterbukaan dalam era reformasi yang diperlihatkan dengan
pemberitaan pers umum yang relatif bebas, seperti gugatan terbuka masyarakat
pada pertanggungjawaban rezim Orde Baru dalam penyelenggaraan hidup bernegara,
Forum Pers Mahasiswa Jakarta (FPMJ) kini berupaya mencari format baru untuk
mempertegas eksistensi dan strategi perjuangan gerakan mahasiswa.
 |  
  
    | Kompas, Minggu, 3 Mei 1998Geliat Baru Pers Mahasiswa
 PERS mahasiswa, di panggung unjuk rasa yang banyak muncul di berbagai
perguruan tinggi Indonesia akhir-akhir ini, samar-samar mingguan Time
edisi 30 Maret 1998 menyebutnya sebagai salah satu "pendukung yang tak
terduga". Di bawah judul "Behind the Scenes" mingguan itu
menulis, kini kampus-kampus di Indonesia sudah saling terhubung melalui
Internet, yang praktis tidak mudah dikendalikan oleh penguasa. Dengan mudah dan
cepat segala macam informasi bisa disebarkan atau di-share bersama-sama.
Sebuah tulisan mengenai kekayaan pejabat yang ditulis oleh sebuah penerbitan
mahasiswa di Yogyakarta, misalnya, segera saja muncul pada sebuah majalah
Universitas Airlangga (Unair), Surabaya, 200 km dari bekas ibu kota RI zaman
revolusi itu. Jaringan informasi, yang dibentuk oleh pers mahasiswa itulah yang
merupakan "pendukung tak terduga" dari aksi-aksi unjuk rasa di
berbagai kampus Nusantara.
 |  
  
    | Era
Tabloid Telah Tiba"INI bukan eranya majalah, karena daya beli masyarakat sudah berkurang
jauh. Sekarang justru zamannya tabloid," kata Suwidi Tono, Pemimpin
Perusahaan Perspektif, sebuah tabloid mingguan berita politik yang akan
diluncurkan 28 Oktober ini.
 |  
  
    | Kompas, Minggu, 3 Mei 1998Modalnya
Cuma Keberanian dan Loyalitas
 UNTUK urusan keberanian, dengan tutup mata pun dapat didalilkan, pers umum
kalah dibanding pers mahasiswa. Lebih-lebih di zaman reformasi seperti ini. Tak
peduli amburadul-nya manajemen, tata tulis, logika pikir, atau
argumentasi, namun statement paling lugas dan vulgar tentang fakta
politik nasional - yang seandainya dipampang di pers umum pasti langsung kena
bredel - bisa dengan enteng muncul di pers mahasiswa.
 |  
  
    | Kompas, Selasa, 23 Juni
1998Arief
Budiman: Kata "Reformasi" Sedang Inflasi
 Sosiolog Dr Arief Budiman berpendapat, dengan makin banyak diucapkan dan
digunakan tanpa pemahaman, kata "reformasi" kini sedang mengalami
"inflasi" hebat. Dalam orasi politiknya pada peringatan
"Perlawanan Bredel 1994" hari Minggu (21/6) malam, Arief Budiman
menyampaikan pandangan kritis pengucapan dan penggunaan kata reformasi sebelum
dan setelah Soeharto turun tahta, serta saran bersahabat kepada majalah Tempo
bila terbit kembali dalam waktu dekat.
 |  
  
    | Kompas, 23 Juni 1996Mangkoedilaga
Peroleh Anugerah Jurnalistik
 Benyamin Mangkoedilaga, hakim tinggi PTUN Medan, Jum'at 21 Juni menerima
anugerah jumalistik Suardi Tasrif atas jasa-jasanya menegakkan kebebasan pers.
Penghargaan yang disiapkan Panitia Dua Satu itu diserahkan oleh tokoh pers
Atmakusumah bertepatan dua tahun bredel Tempo, Editor, dan Detik.
 |  
  
    | 
Dirjen PPG:Pers Kampus tak Dilarang Memuat Berita Politik
 Dirjen PPG (Pembinaan Pers dan Grafika) Drs Subrata menegaskan, 
tidak perlu buru-buru menilai negatif pada pers kampus yang memuat
berita-berita politik. Bahkan kita harus mengembangkan 
positif  thinking, harus
memiliki pola sikap yang positif. Karena pada dasarnya kegiatan jurnalistik
meliputi seluruh aspek kehidupan yang menyangkut ideologi, politik, ekonomi,
sosial budaya, dan pertahanan keamanan.
 |  
  
    | Kedaulatan Rakyat, 27 Agustus 1987
Prof. Koesnadi Hardjasoemantri
 Pemimpin
Mahasiswa Jangan Hanya Pandai Bikin Konsep
 YOGYA (KR) Pemimpin mahasiswa tidak
cukup hanya pandai bikin konsep, tetapi dia harus memiliki kemampuan teknis
untuk mewujudkan konsep tersebut. Dengan kata lain, matang dalam konsep dan
teknis.
 Demikian seruan Rektor, UGM Prof Koesnadi
Hardjasoemantri SH di hadapan sekitar 200 mahasiswa dari berbagai perguruan di
Indonesia yang mengikuti Pendidikan Pers Mahasiswa yang diselenggrakan Majalah Balairung
UGM mulai Kamis kemarin. Pendidikan pers tingkat nasional ini akan berlangsung
hingga Sabtu besok, di Gedung Pertemuan (UC) Bulaksumur.
 |  
  
    | Kompas, 27 Agustus 1987Deregulasi
Kampus Diperlukan Karena Mahasiswa Makin Terasing
 Yogyakarta, Kompas
 Deregulasi kampus dengan memberikan lebih banyak otonomi dan kebebasan
bagi kegiatan mahasiswa amat diperlukan, karena saat ini aktivitas mahasiswa
makin dirasakan terasing dari problem sosial kemasyarakatan.
 Pernyataan dengan nada penuh harap itu terungkap hari Senin dalam diskusi panel
peringatan satu tahun 'majalah mahasiswa UGM Balairung di kampus
Bulaksumur, dengan topik "Orientasi Aktivitas Kemahasiswaan".
 |  
    | Marx
dan Che di Rumah KontrakanKompas, Jumat, 14 April 2000
 PENGANTAR
REDAKSI--LAPORAN mengenai giatnya diskusi kajian kiri secara terang-terangan di kalangan
muda terpelajar Jakarta dan Yogyakarta 
diturunkan hari Jumat ini di halaman 1 dan halaman 7. Sementara maraknya
penerbitan buku-buku kiri dilaporkan besok (15/4), yang akan didampingi dengan
wawancara bersama Dr Komaruddin Hidayat dari Yayasan Paramadina dan Riza Sihbudi
dari LIPI mengenai Islam dan kajian-kajian kiri.
 |  |