Last up date 18-Nov-2000

sejarah cetak mencetak . . .

direktori pers mahasiswa Indonesia

Apa PIPMI

Berita Terbaru

Indeks Anggota
Formulir Registrasi 
Link Khusus

Artikel

resensi

tips




untuk sementara situs ini dikelola oleh Litbang Majalah Balairung

 

 

 

© Majalah BALAIRUNG 2000
webmaster

[12/17/00]

Selamat Datang 
di situs Pusat Informasi Pers Mahasiswa Indonesia
situs berita, komunikasi antarlembaga pers mahasiswa dan pegiat pers mahasiswa, serta direktori penerbitan mahasiswa se-Indonesia beserta link ke media-media tersebut


Gimana sih biar aku bisa menulis?


pelajaran mengarang
------------
sejarah huruf

Warta Kota, Kamis, 17 Februari 2000, 15:47 WIB
Pers Gagal Meredefinisikan Fungsinya
Sebagian pers di Indonesia saat ini gagal meredifinisikan fungsinya di tengah-tengah perubahan drastis. Telah terjadi semacam kekagetan yng menyebabkan disorientasi dalam menghadapi berbagai masalah yang mencuat ke permukaan.

Kompas, Rabu, 1 November 2000
Media Massa Tak Mampu Menggali Realitas Dinamis di Masyarakat
Jakarta, Kompas, Kecenderungan merosotnya tiras media cetak umum akhir-akhir ini akibat pers makin kehilangan kemampuannya untuk menggali realitas dinamis dalam masyarakat. Selain itu, media cetak juga terlalu banyak menyajikan realitas elite yang justru semakin membingungkan pembaca. Ketidakmampuan menampilkan informasi yang diperlukan khalayak untuk menyusun agenda pembacanya itu menyebabkan mereka berangsur-angsur ditinggalkan.

Bernas, 21 Mei 2000
Koran Kampus, Bacaan Alternatif Mahasiswa

DUA buah koran kampus—bukan majalah atau tabloid—terbit. Tidak dijual, tapi ditempel di dinding dan disediakan gratis di tempat-tempat tertentu. Pers kampus mulai pindah jalur?  

Pers Mahasiswa: Harus Tonjolkan Analitis
Solo-Pers Mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat sipil, maka sepantasnya bila ikut berperan memberdayakan masyarakat sipil.

FPMI Muncul di Kongres PPMI Mataram
Kongres V Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) di Universitas Mataram, Lombok, 24—29 Mei 2000. Dihadiri sekitar 150 utusan dari lembaga-lembaga pers mahasiswa se-Indonesia—minus Riau, Jambi, Bengkulu, dan Kalimantan—acara kongres dapat dibilang berjalan sangat garing  dan ompong! Para aktivisnya, yang disebut-sebut berkapabilitas intelektual yang kental, ternyata tak menunjukkan kebenaran persepsi itu. Sungguh memprihatinkan: logika yang tak runtut, disiplin berkongres yang rendah, dan forum yang acak-acakan adalah hal lumrah sepanjang acara. Akhirnya, dari arena kongres muncul Forum Pers Mahasiswa Indonesia!
(tulisan ini diambil dari Majalah BALAIRUNG, edisi No. 32/Tahun XIV/2000)

Kompas, Rabu, 30 Juni 1999
Media Alternatif Lebih Konsisten

Dibandingkan media massa umum, ternyata media alternatif yang berbasis di kampus-kampus jauh lebih konsisten dan tetap setia memperjuangkan idealisme pers pada umumnya. Baik semasa rezim pemerintahan Orde Baru maupun sekarang, media alternatif ini masih tetap setia dengan sikap kritisnya terhadap pemerintah. Tanpa henti mereka memperjuangkan keadilan dan kebenaran, serta senantiasa peka terhadap kebutuhan masyarakat.
Melihat kinerja para awak media alternatif ini, Senin (28/6), Institut Studi Arus Informasi (ISAI) merasa terpanggil untuk memberikan Penghargaan ISAI Award kepada sejumlah media alternatif yang dianggap masih tetap konsisten dengan idealismenya. Penghargaan itu masing-masing diberikan kepada majalah Balairung terbitan Badan Penerbit Pers Mahasiswa UGM Yogyakarta sebagai juara I, majalah Himmah sebagai juara II, dan tabloid Bulaksumur ditetapkan menjadi juara III. Untuk para pemenang masing-masing mendapat hadiah berupa uang Rp 3 juta (I), Rp 2,5 juta (II), dan Rp 2 juta (III).

Kompas, Senin, 14 Juli 1999
Demokrasi Indonesia di Mata Pers Dunia
DENGAN pakaian seadanya, celana jins dan kaus warna hijau, tiba-tiba seorang wartawan Inggris mencegat mantan Presiden Jimmy Carter yang baru saja mengadakan jumpa pers. la lalu bertanya tentang isi keterangan persnya tentang jalannya pemilu di Indonesia yang disebutnya sukses.

Pers Mahasiswa Cari Format Baru
Kompas, Minggu, 18 Oktober 1998
Menghadapi iklim keterbukaan dalam era reformasi yang diperlihatkan dengan pemberitaan pers umum yang relatif bebas, seperti gugatan terbuka masyarakat pada pertanggungjawaban rezim Orde Baru dalam penyelenggaraan hidup bernegara, Forum Pers Mahasiswa Jakarta (FPMJ) kini berupaya mencari format baru untuk mempertegas eksistensi dan strategi perjuangan gerakan mahasiswa. 

Kompas, Minggu, 3 Mei 1998
Geliat Baru Pers Mahasiswa
PERS mahasiswa, di panggung unjuk rasa yang banyak muncul di berbagai perguruan tinggi Indonesia akhir-akhir ini, samar-samar mingguan Time edisi 30 Maret 1998 menyebutnya sebagai salah satu "pendukung yang tak terduga". Di bawah judul "Behind the Scenes" mingguan itu menulis, kini kampus-kampus di Indonesia sudah saling terhubung melalui Internet, yang praktis tidak mudah dikendalikan oleh penguasa. Dengan mudah dan cepat segala macam informasi bisa disebarkan atau di-share bersama-sama. Sebuah tulisan mengenai kekayaan pejabat yang ditulis oleh sebuah penerbitan mahasiswa di Yogyakarta, misalnya, segera saja muncul pada sebuah majalah Universitas Airlangga (Unair), Surabaya, 200 km dari bekas ibu kota RI zaman revolusi itu. Jaringan informasi, yang dibentuk oleh pers mahasiswa itulah yang merupakan "pendukung tak terduga" dari aksi-aksi unjuk rasa di berbagai kampus Nusantara.

Era Tabloid Telah Tiba
"INI bukan eranya majalah, karena daya beli masyarakat sudah berkurang jauh. Sekarang justru zamannya tabloid," kata Suwidi Tono, Pemimpin Perusahaan Perspektif, sebuah tabloid mingguan berita politik yang akan diluncurkan 28 Oktober ini.

Kompas, Minggu, 3 Mei 1998
Modalnya Cuma Keberanian dan Loyalitas

UNTUK urusan keberanian, dengan tutup mata pun dapat didalilkan, pers umum kalah dibanding pers mahasiswa. Lebih-lebih di zaman reformasi seperti ini. Tak peduli amburadul-nya manajemen, tata tulis, logika pikir, atau argumentasi, namun statement paling lugas dan vulgar tentang fakta politik nasional - yang seandainya dipampang di pers umum pasti langsung kena bredel - bisa dengan enteng muncul di pers mahasiswa.

Kompas, Selasa, 23 Juni 1998
Arief Budiman: Kata "Reformasi" Sedang Inflasi
Sosiolog Dr Arief Budiman berpendapat, dengan makin banyak diucapkan dan digunakan tanpa pemahaman, kata "reformasi" kini sedang mengalami "inflasi" hebat. Dalam orasi politiknya pada peringatan "Perlawanan Bredel 1994" hari Minggu (21/6) malam, Arief Budiman menyampaikan pandangan kritis pengucapan dan penggunaan kata reformasi sebelum dan setelah Soeharto turun tahta, serta saran bersahabat kepada majalah Tempo bila terbit kembali dalam waktu dekat.

Kompas, 23 Juni 1996
Mangkoedilaga Peroleh Anugerah Jurnalistik

Benyamin Mangkoedilaga, hakim tinggi PTUN Medan, Jum'at 21 Juni menerima anugerah jumalistik Suardi Tasrif atas jasa-jasanya menegakkan kebebasan pers. Penghargaan yang disiapkan Panitia Dua Satu itu diserahkan oleh tokoh pers Atmakusumah bertepatan dua tahun bredel Tempo, Editor, dan Detik.

Dirjen PPG:
Pers Kampus tak Dilarang Memuat Berita Politik
Dirjen PPG (Pembinaan Pers dan Grafika) Drs Subrata menegaskan,  tidak perlu buru-buru menilai negatif pada pers kampus yang memuat berita-berita politik. Bahkan kita harus mengembangkan  positif  thinking, harus memiliki pola sikap yang positif. Karena pada dasarnya kegiatan jurnalistik meliputi seluruh aspek kehidupan yang menyangkut ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.

Kedaulatan Rakyat, 27 Agustus 1987
Prof. Koesnadi Hardjasoemantri
Pemimpin Mahasiswa Jangan Hanya Pandai Bikin Konsep
YOGYA (KR) Pemimpin mahasiswa tidak cukup hanya pandai bikin konsep, tetapi dia harus memiliki kemampuan teknis untuk mewujudkan konsep tersebut. Dengan kata lain, matang dalam konsep dan teknis.
Demikian seruan Rektor, UGM Prof Koesnadi Hardjasoemantri SH di hadapan sekitar 200 mahasiswa dari berbagai perguruan di Indonesia yang mengikuti Pendidikan Pers Mahasiswa yang diselenggrakan Majalah Balairung UGM mulai Kamis kemarin. Pendidikan pers tingkat nasional ini akan berlangsung hingga Sabtu besok, di Gedung Pertemuan (UC) Bulaksumur.

Kompas, 27 Agustus 1987
Deregulasi Kampus Diperlukan Karena Mahasiswa Makin Terasing
Yogyakarta, Kompas

Deregulasi kampus dengan memberikan lebih banyak otonomi dan kebebasan bagi kegiatan mahasiswa amat diperlukan, karena saat ini aktivitas mahasiswa makin dirasakan terasing dari problem sosial kemasyarakatan.
Pernyataan dengan nada penuh harap itu terungkap hari Senin dalam diskusi panel peringatan satu tahun 'majalah mahasiswa UGM Balairung di kampus Bulaksumur, dengan topik "Orientasi Aktivitas Kemahasiswaan".

Marx dan Che di Rumah Kontrakan
Kompas, Jumat, 14 April 2000
PENGANTAR REDAKSI--LAPORAN mengenai giatnya diskusi kajian kiri secara terang-terangan di kalangan muda terpelajar Jakarta dan Yogyakarta  diturunkan hari Jumat ini di halaman 1 dan halaman 7. Sementara maraknya penerbitan buku-buku kiri dilaporkan besok (15/4), yang akan didampingi dengan wawancara bersama Dr Komaruddin Hidayat dari Yayasan Paramadina dan Riza Sihbudi dari LIPI mengenai Islam dan kajian-kajian kiri.


Institut Studi Arus Informasi

 


iklan layanan ini dipersembahkan oleh PIPMI dalam rangka mewujudkan pers mahasiswa Indonesia yang tidak sekedar mencaci-maki